Ini adalah suatu kisah nyata yang dialami oleh seorang bernama Andrian sebut saja begitu, yang semula kehidupannya penuh dengan olok dan cemooh, langsung berubah drastis..... kini, bahkan mereka ingin tahu apa yang dilakukan olehnya....
Andrian, 27 tahun, adalah perantau dari Jambi yang terjebak dalam kerasnya belantara Jakarta. Ya... Andrian adalah salah satu dari sekian banyak perantau yang tergolong kurang beruntung. Betapa tidak, sang paman yang semula menjadi tempatnya bergantung, meninggal dunia akibat kecelakaan--- tinggal di rumah teman yang sudah berkeluarga, lama-lama malu juga--- jadilah dia berjalan kian kemari menghabiskan waktu siang dan sesekali membantu para ibu yang kesulitan membawa barang belanjaannya di pasar atau di mall.
Boleh dikata, sejak kematian pamannya, Andrian seolah sampah bagi yang pernah mengenalnya. Alih-alih membantu, semua keluarga, teman, sahabat, atau yang memang mengenalnya, langsung menghindar bila berpapasan dengannya.
Andrian hanya bisa menarik napas dalam-dalam melihat kenyataan itu, dan sekedar untuk menghilangkan pepat di dadanya. Biasanya, untuk menghilangkan pepat, ia membantu para pedagang pigura menawarkan dagangannya kepada siapa pun yang lewat. Entah kenapa, setelah sekian waktu hidup "menggelandang", mendadak, Andrian terpana ketika melihat Ayat Seribu Dinar yang terbuat dari lembaran tembaga sedang dibingkai.
"Wah, itu ayat apaan...?" tanyanya penuh selidik.
"Seribu Dinar" jawab Ali pendek, seorang pedagang pigura yang selalu Andrian bantu.
Rasanya gak ada tuh ayat di Al Qur'an?" sergah Andrian penasaran.
"Yang gua tahu dari Surat At-Thalaq ayat 2 dan 3; artinya, bagi orang yang bertaqwa dan bertawakal, Allah akan memberikan balasan berupa : diberikan jalan keluar dari setiap kesulitan atau permasalahan yang dihadapi, diberikan rizki dari jalan yang sama sekali tidak terduga dan dicukupkan segala kebutuhan," papar Ali panjang lebar.
"Mantap... dan layak jadi ustadz dah." ujar Andrian sambil menepuk bahu sahabatnya. Keduanya pun lalu saling tatap sambil melemparkan senyum.
Hari dan minggu terus berganti, tanpa ada yang memperhatikan, ternyata sejak itu, waktu shalat Andrian menjadi lebih lama dari biasanya. Diam-diam, setiap selesai menunaikan shalat fardhu, Andrian selalu mewiridkan Ayat Seribu Dinar sebanyak 200 kali dengan istiqomah --- bahkan, hampir tiap malam, Andrian berjalan menuju masjid dekat tempat dia tidur selama ini untuk mendirikan shalat malam dan mengamalkan Ayat Seribu Dinar sebanyak 1000 kali dalam satu kali duduk.
Lantunan doa tulus Andrian, akhirnya didengar Allah. Siapa pun tak pernah menyangka, jebolan D3 Komputer yang selama ini melamar lewat internet maupun pos, akhirnya mendapat panggilan untuk bekerja di salah satu bank swasta yang punya nama besar di Indonesia.
Sudah sebulan, tiap pagi, tak terlihat lagi dua sahabat yang menata dagangannya di pinggiran Pasar Baru--- Ali kembali seperti sediakala--- dia terlihat sibuk seorang diri. Hingga pada suatu hari, saat Ali sedang membingkai sendiri beberapa kaligrafi yang diantaranya adalah Ayat Seribu Dinar, tiba-tiba dari sampingnya seorang lelaki muda dengan penampilan yang benar-benar keren dan modis langsung memeluk Ali dengan penuh kehangatan.
Bagai anak kecil yang yang kegirangan karena mendapatkan sesuatu, keduanya seolah tak hendak melepaskan pelukannya masing-masing.
"Ah...hebat loe sekarang," kata Ali kepada lelaki keren itu.
"Kalau bukan karena loe, mana mungkin gue bisa sekaya ini." sahut si lelaki keren itu sambil melepaskan pelukkannya.
"Ayo....kita makan siang dulu di tempat biasanya," sambung lelaki keren itu sambil berjalan yang diikuti Ali.
Di tempat makan, kebingaran kembali terjadi ketika semua orang yang makan menyalami lelaki keren itu dengan pandangan yang takjub. Yang punya warung langsung angkat bicara, "Inilah Andrian --- gelandangan yang sekarang sudah menjadi bos di salah satu bank."
Terima kasih... terima kasih, yang merasa mengenal saya, silahkan menyantap apa yang disuka dan saya yang bayar," sahut Andrian sambil membungkuk.
"Mantap.... asyik, terima kasih, sahut seisi warung serempak.
Kebingaranpun kembali terjadi karena semua menyodorkan piring untuk mendapatkan tambahan menu sesuai yang dipintanya. Ketika mulai tenang, Ali pun mendekat dan memperkenalkan saya dengan lelaki keren itu. Kami pun saling menjabat tangan dengan hangat.
Dan setelah bercakap-cakap tentang kehidupan dan kesibukannya masing-masing, maka saya pun memberanikan diri menanyakan tentang kesuksesannya;
"Apakah kesuksesan itu karena Abang mengamalkan Ayat Seribu Dinar?" tanya saya.
"Bukan... semua karena Allah, Ayat Seribu Dinar hanyalah sarana saja," jawab Andrian sambil menerawang jauh entah kemana. Mungkin ia terkenang kehidupan masa lalunya yang demikian pahit itu.
"Nah.... kalau lebih jelas, tanya langsung sama Ali. Justru dia yang menerangkan isi dan makna surat tersebut kepada saya, maklum, dia kan jebolan salah satu pesantren di Cianjur." imbuhnya sambil menunjuk Ali.
Ali hanya tersenyum sambil mengunyah makanan yang dipesannya. Sementara, saya berusaha ingin menggali keterangan yang sedalam-dalamnya dari lelaki keren yang mengaku bernama Andrian itu.
" Mohon abang jawab dengan jujur, Ayat Seribu Dinar yang diamalkan, sama dengan yang dijual di pinggiran jalan itu?" tanya saya.
"Ya, betul. Tidak lebih tidak kurang." jawab Andrian dengan mantap.
"Subhanallah..." gumam saya takjub.
"Yang penting dan perlu Anda ingat hanya satu, kebanyakan kita tidak mau mengamalkan apa-apa yang kita lihat di pinggiran jalan dengan alasan menunggu ijazah atau tidak diberi langsung oleh kiyai.... padahal, apapun, bila diamalkan dengan istiqomah dan pantang menyerah, maka, Allah pasti akan mengabulkan segala permohonannya." papar Andrian panjang lebar.
"Kenapa mereka banyak yang tidak berhasil?" potong saya.
"Yang pasti, mereka tidak istiqomah an mudah menyerah....zaman sekarang, kebanyakan orang ingin instan." jawab Andrian mantap.
Lelaki itu kembali meneruskan ceritanya, baha, dalam hitungan bulan, tepatnya pada bulan ke tujuh, ia sudah menduduki jabatan manager adn sekarang sedang dipromosikan untuk menjadi pimpinan di salah satu cabang. Menurutnya, kata kunci sukses adalah : punya ilmu yang memadai, jujur, banyak teman, serta selalu meminta bimbingan-Nya--- dengan keempat unsur itu, maka, seseorang pasti bisa meraih apa yang diinginkannya.