Meskipun jaman sudah semakin modern, namun tetap saja masih banyak orang yang tertarik menelaah dunia makhluk halus. Inilah salah satu rahasianya.....
Dalam ilmu kejawen, dikatakan bahwasanya di dalam alam duniayang satu dan sama ini, sebenarnya dihuni oleh tujuh macam alam kehidupan, termasuk alam yang dihuni manusia.
Di dunia ini memiliki tujuh saluran kehidupan yang ditempati oleh bermacam-macam makhluk. Makhluk-makhluk dari tujuh alam tersebut, pada prinsipnya, mereka mengurusi alamnya masing-masing. Aktivitas mereka tidak bercampur, sebab setiap alam mempunyai urusannya masing-masing. Dai tujuh alam itu hanyalah alamnya manusia yang mempunyai matahari dan penduduknya yang terdiri dari manusia, binatang, dan lain-lain mempunyai badan jasmani.
Penduduk dari 6 alam yang lain, mereka mempunyai badan dari cahaya (Rogo Cahya) atau yang secara populer dikenal sebagai makhluk halus, wong alus, lelembut, dan lain sebagainya.
Di 6 alam tersebut tidak ada hari yang terang benderang karena tidak ada matahari. Keadaannya seperti suasana malam yang cerah di bawah sinar bulan dan bintang-bintang yang terang, maka itu tidak ada sinar yang menyilaukan seperti sinar matahari atau bagaskoro (Bhs Jawa Halus).
Nah, salah satu ilmu mistik Kejawen yang telah diwariskan secara turun-temurun adalah Ajian Wewe Putih. Cerita wayang purwa menyuratkan, pemilik ajian ini adalah Raden Burisrawa. Ia memiliki ajian ini karena kalah dalam peperangan melawan Raden Arjuna pada saat memperebutkan cinta Dewi Roro Ireng. Akibat gagal dalam memperebutkan cinta kasih sang dara, membuat Raden Burisrawa berbuat nekad. Putera Kerajaan Astina yang hidup selalu bergelimang dengan kemewahan dan kemanjaan ini segera masuk ke hutan Krendawahana untuk melakukan tapa brata guna memohon bantuan Bethari Durga.
Diceritakan, hari berganti hari, Raden Burisrawa tidak mau juga menghentikan tapa bratanya. Akibat tapa Raden Burisrawa ini membuat segenap penghuni gaib hutan Krendawahana menjadi ketakutan, bahkan sebagian ada yang terbakar. Inilah yang membuat Bethari Durga terpaksa turun tangan untuk meminta Raden Burisrawa menghentikan tapa bratanya, bahkan memberinya ilmu kedigdayaan yang teramat langka yakni Ajian Wewe Putih.
Sebagaimana ilmu kedigdayaan lainnya, maka untuk dapat menguasai Ajian Wewe Putih diperlukan laku puasa yang lumayan berat. Dan untuk melihat masuk atau tidaknya ilmu yang tengah dipelajari, maka yang perlu menjadi perhatian oleh si pelaku ritual adalah saat dan hari yang tepat untuk melaksanakan puasa. Disamping itu juga keseriusan si pelaku dalam menjalaninya. Karena semua persyaratan tersebut merupakan faktor pendukung yang tak kalah pentingnya, hingga tak dapat diabaikan begitu saja.
Persyaratannya yang demikian njlimet membuat Ajian Wewe Putih hanya dapat dikuasai oleh segelintir orang saja. Pada masa lalu, ajian yang satu ini memang hanya digunakan jika tengah berhadapan atau untuk melindungi diri dari musuh yang tangguh.
Hebatnya, jika ajian ini dibaca, maka keadaan yang semula ramai langsung sepi, juga suasana yang semula terang langsung gelap. Akibatnya sudah jelas, siapapun yang menggunakan ajian ini pasti tidak dapat dilihat oleh musuh-musuhnya. Jelasnya, si pengamal ajian ini selalu tak terlihat oleh musuh-musuhnya. Mirip dengan Ajian Halimunan.
Mantera Aji Wewe Putih adalah sebagai berikut :
Ingsun amatek ajiku si Weweputih
Weweputih gendongen aku,
Kudungana mega mendung cat tan katon,
Wong sewu padha lamur, Pitos tan ana weruh kersaning Allah
Puasa untuk menguasai ilmu ini adalah ngebleng selama 7 hari 7 malam, dimulai pada hari Selasa Kliwon. Selama menjalani puasa menggunakan selimut mori putih, dan mantera dibaca pada tepat tengah malam.
Yang perlu menjadi perhatian, pada saat menjalani puasa ngebleng, si pelaku harus benar-benar siap dan kuat menghadapi berbagai gangguan dari jin, setan atau sebangsanya. Karena berbagai gangguan yang datang hanyalah untuk menggagalkan laku dari seseorang yang ingin menguasai ilmu tersebut. Selain itu yang menjadi perhatian bagi para pelaku adalah wahyu turun pada saat tengah malam sampai menjelang fajar. Oleh karena itu, keberhasilan dalam menguasai ilmu ini hanyalah terpulang pada niat, ketekunan dan keseriusannya sendiri.
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk menambah wawasan bagi kita semua....