Hanya dengan senyum dikulum dan pandangan yang langsung tertuju kepada mata sang kekasih, akhirnya, Yana yang selama ini tergila-gila pada Vera, kembali mengharapkan balasan cintanya kepada Shanty.......
Wajah Shanty tampak sumringah. Betapa tidak, hari itu ia mendengar kabar betapa Yana, sang kekasih, baru saja dipromosikan menjadi salah satu ketua cabang dari bank tempatnya bekerja--- sontak, iapun tersenyum sendiri. Yang terbayang dalam angannya adalah, enam bulan lagi, sang kekasih beserta keluarganya bakal datang untuk meminangnya.
Yah...ketika mulai bekerja,Yana pernah berjanji, "Tunggulah sampai menjadi ketua cabang, enam bulan setelah itu, aku pasti datang meminangmu." Shanty hanya mengangguk dan menyandarkan kepalanya ke dada bidang sang kekasih. Dengan penuh rasa cinta, Yana pun membelai rambut Shanty yang lebat terurai. "Aku tak ingin berpisah denganmu..." bisik Shanty dengan sendu.
Yanapun kian mempererat dekapannya sebagai pertanda ia pun tak pernah ingin berjauhan dengan Shanty, sang pujaan hati yang menjadi kekasihnya sejak masa SMA dulu. Yah... hubungan keduanya memang sudah memasuki tahun kelima. Boleh dikata, sejak kelas 3 SMA, mereka sudah sepakat untuk saling mencinta sampai akhir hayat nanti. Bahkan, perjalanan cinta keduanya sudah mendapatkan restu dari orang tua masing-masing.
Menurut ayah dan bundanya, Yana sengaja meminta waktu agar ia bisa mempersiapkan rumah beserta segala isinya agar Shanty dan anak-anaknya kelak tidak harus berpindah dari rumah yang satu ke rumah yang lainnya. Gayungpun bersambut, ternyata, Shanty pun menginginkan hal yang sama. Oleh karena itu, jadilah kedua anak manusia ini saling berbagi untuk mewujudkan impiannya itu.
Beberapa sahabat Shanty bahkan acap kali mengatakan "Kapan lagi....semuanya sudah ada, jabatan, rumah dinas, kendaraan......nanti diambil orang loh." Mendengar celoteh para sahabatnya, Shanty hanya tersenyum dengan wajah yang memerah. Hatinya pun berdesir... ia hanya bisa berdoa dalam hati semoga apa yang dicelotehkan sahabatnya itu tidak pernah terjadi dalam perjalanan hidupnya, ia selalu ingat pesan ayah dan ibunya ketika Yana pada suatu hari datang untuk mempertegas hubungan mereka. "Rumah tangga bakal langgeng bila kalian saling percaya," demikian kata sang ayah dan ibunya secara bersamaan. Keduanya dengan mantap saling menganggukkan kepala tanda mengerti.
Sejak menjadikepala cabang, praktis , pertemuan diantara keduanya mulai berkurang. Boleh dikata, Yana hanya bisa mengunjungi dan bertemu dengan kekasihnya pada malam minggu saja---setiap hari itu, Yana benar-benar tenggelam dalam kesibukan yang luar biasa. maklum, Yana harus mampu memcapai target pendapatan seperti yang ditentukan perusahaannya. Oleh karena itu harus mampu menerapkan inovasi dalam melakukan penjualan produk perusahaannya. Usahanyapun tidak sia-sia, pada evaluasi bulan ketiga, Yana berhasil menjadi kepala cabang terbaik dari berbagai cabang yang tersebar di seluruh Indonesia--- namun seiring dengan itu, godaan pun mulai datang.
Kursi sekretaris yang selama ini diduduki oleh Teh Nonon, wanita paruh baya yang berwajah anggun dan penyabar itu, kini diduduki Vera --- gadis periang yang bertubuh sintal, berkulit kuning langsat dan berwajah manis serta selalu mengenakan busana yang ketat dan modern. Keceriaan Vera yang besar dan menuntut ilmu di Amerika membawa suasana kantorpun sontak berubah. Bahkan akibat dari penampilannya, diam-diam banyak mata lelaki sejawatnya terpaksa menelan ludah bila melihat Vera sedang berjalan.
Mulanya, Yana tidak pernah sedikitpun memperhatikan sekretaris barunya itu. Tapi, lama-kelamaan, karena seringnya berhubungan, sesekali hatinya pun berdesir bila melihat penampilan Vera. Hingga suatu hari Vera menawarkan untuk mengantarkan Yana pulang karena kebetulan mobilnya harus masuk bengkel. "mari, pak....saya antar. kebetulan kita sejalan, " kata Vera sambil tersenyum. "Terima kasih," jawab Yana singkat. Tampaknya Vera enggan melepaskan kesempatan yang baik ini. Ia pun segera turun dari mobilnya dan mendekati Yana. "Apakah ada yang ditunggu?" tanya Vera dengan berani. Ti....ti...tidak.." Yana menjawabgelagapan. "Kalau begitu, ayo masuk pak." lanjut Vera sambil memegang tangan Yana. Bak kerbau dicucuk hidungnya, Yana pun menurut aja. Sejak saat itu, hubungan mereka pun menjadi kian akrab, sampai-sampai menjadi bahan perbincangan hangat rekan-rekan sekantornya.
Sementara, perubahan yang terjadi pada diri Yana mulai dirasakan oleh Shanty dan keluarganya--- tidak hanya itu, keluarga Yana pun juga merasakan hal yang sama. Hingga suatu hari, ayah dan ibunya mencoba mendekati Yana dan bertanya, "Bagaimana keadaan Shanty....kapan kita datang untuk meminangnya?" "Ayah dan bunda tak perlu khawatir. Saya pasti akan memenuhi janji itu," jaab Yana singkat sambil berlalu. Hal yang sama juga terjadi pada Shanty. Setiap menelepon, jawaban yang diterima juga singkat, "Maaf....yang.....jangan ganggu aku sedang meeting."
Merasa sang pujaan hatinya mulai menghindar, diam-diam, Shanty pun semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tiap malam, ia selalu menjeritkan doa tulusnya kepada Sang Maha Hidup agar Yana bisa kembali ke pelukannya. Pada minggu ketiga, di tengah keheningan malam, mendadak bayangan Mutia, sahabat karibnya berkelebat di depan matanya, Shanty tergugu....ia tidak mampu mengurai apa yang dilihatnya barusan. Paginya, seusai mendirikan shalat Subuh, Shanty pun langsung menelepon Mutia lewat HPnya.
Celoteh Mutia pun langsung terdengar. Dan tanpa perlu berlama-lama, ia pun menceritakan apa yang dialaminya pada Mutia. Agaknya, jeritan doa Shanty terjawab. Mutia memintanya agar Shanty segera ke Bandung ke tempat tinggalnya untuk menemui ayahnya yang memang sejak dulu terkenal sebagai seorang yang memiliki daya linuwih (kelebihan-Jw). "Cepat datang, mudah-mudahan abah bisa menolongmu." pinta Mutia penuh harap.
Singkat kata, setelah meminta restu orang tuanya serta ijin dari kantornya, Shanty pun langsung berangkat ke Bandung dengan menggunakan travel. Ternyata, Mutia yang sengaja tidak masuk kantor sudah menunggunya di Kantor Travel yang ditumpanginya---keduanya saling berpelukan melepaskan rasa rindu.
Dan sesampainya di rumah Mutia, tanpa perlu berlama-lama, ayah Mutia yang akrab disebut Abah Chairudin pun mendatanginya sambil berkata, "Nak Shanty, kita manusia hanya berusaha, Allah jua yang menentukan. Untuk itu, Abah mau menurunkan Aji Pelet Linglung. Gunakanlah dengan semestinya.""Baik, Bah," jawab Shanty sambil berurai air mata.
"Catat dan hapalkan manteranya. Supaya lebih tajam, lakukan puasa mutih --- tiap hari hanya memakan sekepal nasi putih dan segelas air putih saat berbuka dan sahur selama tiga hari tida malam. Tiap usai mendirikan shalat wajib, baca manteranya tujuh kali sambil menahan nafas dan membayangkan wajahnya, kemudian tiupkan ke bayangan orang yang dituju. Insya Allah, Nak Yana bakal kembali!" papar Abah Chairudin panjang lebar. Dan berikut adalah manteranya :
Aji Pelet LinglungKaayana di kamadaNgalih ka pancanaMatak linglung ti peutingGundam ti beurangRas inget ka jalmi si Aa......(sebutkan namanya)
Singkat cerita, setelah selesai menjalankan ritual yang telah diberikan oleh Abah Chairudin, saat bertemu dengan Yana, hanya dengan senyum dan tatapan yang langsung tertuju pada kedua bola mata Yana, sontak, lelaki itupun mendatanginya sambil meminta maaf dan memohon balasan cinta tulus dari nya.......
NB : Anda bisa juga membaca PELET LEWAT SENYUMAN
ADS HERE !!!